Dacing

------- HOME------ SLIDES ------ ARTIKEL -------PELATIHAN

Kesahajaan

R.Matindas 2005
(Naskah ini tentang sebuah buku yang masih dalam proses penerbitan, ditulis oleh Ruth Yuni Imanti)
Penulis buku ini ingin menjelaskan sebuah konsep unik untuk menjalani hidup. Agar pembaca dapat memahami konsep itu, pembaca perlu berpikir ekstrim tentang tujuan kehidupan. Kalau ditanya “Apa yang ingin anda capai melalui kehidupan?”. Banyak orang dengan mudah akan menjawab “kebahagian”. Tetapi jika mereka dikejar dengan pertanyaan lain “bagaimana mencapai kebahagian?” banyak orang akan mengangkat bahu.
Penulis buku ini memberikan jawabannya.

Kebahagian diperoleh jika orang dapat menemukan makna hidupnya. Dan seandainya anda bertanya lebih jauh, “bagaimana caranya menemukan makna hidup?” sang penulis sudah punya jawabannya, “ hiduplah secara bersahaja”.

Kesahajaan adalah sebuah konsep, bukan resep. Sebagai konsep, kesahajaan bisa punya lebih dari satu macam wujud. Wujud kesahajaan dalam kehidupan pribadi, dapat berbeda dengan wujud kesahajaan dalam kehidupan sosial bersama orang lain. Namun walau wujudnya berbeda-beda, inti kesahajaan selalu tetapi sama yaitu komitment untuk mencari makna kehidupan melalui usaha tanpa keluh kesah, tetapi juga tidak dalam kepasrahan yang mengandung keputus asaan. Kesahajaan adalah komitment untuk terus mengusahakan yang hal-hal yang mungkin bisa dicapai, sambil tetap terbuka dalam menerima kenyataan yang tak mungkin diubah.

Inti kesahajaan diuraikan penulis dalam babnya yang pertama. Ia mulai dengan mengatakan bahwa kesahajaan adalah kesederhanaan. Kesederhanaan membuat orang tidak mengejar hal lain diluar makna hidupnya. Karena tidak mengejar hal-hal yang tidak esensial, kesahajaan memudahkan orang untuk menanggalkan hal-hal yang tidak perlu. Kesahajaan membuat orang tak berusaha menjaga gengsi, karena gengsi bukanlah faktor penentu harga diri. Kesederhaan membuat orang tidak merasa malu pada kemiskinan (kekurangan akan) kebendaan, selama ia memiliki kekayaan batin.

Dalam bab yang kedua, penulis mempertegas makna kesahajaan melalui perbandingannya dengan kerumitan. Di bab ini diterangkan betapa kerumitan bukan kenyataan yang tak mungkin diubah, melainkan akibat dari cara hidup yang dipilih untuk dijalani. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan munculnya kerumitan dalam kehidupan. Yang pertama adalah tiadanya tujuan hidup. Tanpa tujuan yang jelas, orang akan mudah sekali berpindah perkerjaan, berganti pasangan, atau beralih fokus perhatian. Semuanya akan berakhir dengan kelelahan karena hasil yang tak kunjung kelihatan. Tiadanya hasil disebabkan usaha sudah dialihkan ke hal lain, sebelum hasilnya kelihatan. Hidup tanpa tujuan menyebabkan orang tak punya makna, padahal memahami makna adalah inti kesahajaan.
Hal kedua yang memperumit hidup adalah tiadanya prinsip kehidupan
. Berbeda dengan tujuan hidup, prinsip kehidupan adalah aturan yang dipakai untuk mengejar tujuan itu. Mereka yang tidak punya prinsip hidup, umumnya tidak mampu bersikap disiplin dalam mengejar tujuannya. Mereka akan mudah digoda oleh berbagai tawaran untuk mendapatkan kesenangan indrawi yang bersifat sesaat. Kesenangan yang sering kali disesali ketika kenyataan hidup akhirnya menyadarkan bahwa kesenangan bukanlah kebahagiaan. Adanya prinsip hidup akan membuat manusia memiliki komitment untuk mengusahakan hal yang penting, sambil mengorbankan yang kuran penting.
Penyebab ketiga kerumitan hidup adalah rasa kesepian yang berpangkal pada ketidak relaan untuk sekedar menjadi bagian kecil dari suatu kesatuan yang lebih besar. Ketak relaan menjadi bagian membuat orang umumnya ingin jadi si nomor satu, menjadi yang paling benar sendiri, atau mendapat lebih dari orang lain. Di lain pihak kerelaan menjadi bagian kecil membuat orang cukup bahagia ketiga ditawari peran sebagai figuran sebuah filem, dengan upah yang jauh lebih kecil dari sang bintang utama. Orang-orang yang ingin selalu diutamakan, hanya bisa merasakan kebahagiaan semu selama ia sedang diberi peran istimewa. Tetapi ketika peran itu harus ia serahkan pada orang lain, ia kemudian merasa tidak berarti. Ia merasa kehilangan makna, sama seperti pejabat tinggi yang kena post power syndrom ketika harus masuk pensiun.
Bab yang ketiga mengungkapkan penjabaran konsep kesahajaan dalam mencapai tujuan utama kehidupan. Di sini penulis mencoba menjabarkan filosi petani singkong, yang pada dasarnya mengatakan bahwa harus ada pengorbanan untuk tujuan yang lebih penting. Kalau yang diinginkan adalah umbi yang besar, harus ada disiplin untuk tidak memetik daun muda (pucuk). Sebaliknya kalau mau memanen daun singkong muda, harus rela untuk hanya mendapatkan umbi singkong yang kecil. Bab ini mengakjarkan bahwa orang harus siap untuk memilah dan lalu memilih . Inilah pelajaran untuk membuat proritas kehidupan. Kegiatan memilah dibutuhkan untuk mengenali berbagai kemungkinan yang bisa dicapai, lalu menyusunnya menurut tingkat kepentingannya. Melalui pemilahan (analisis) ini, harus juga ditemukan hal-hal yang tidak mungkin diusahakan sekaligus. Sesudah itu, haruslah diputuskan mana yang akan dipilih. Kalau satu kelinci berlari keutara dan yang lain berlari ke selatan, pemburu harus menentukan kelinci mana yang ingin ditangkap. Yang sekaligus mengejar dua kelinci tak kan menangkap seekorpun.

Setelah memilah dan memilih orang juga perlu siap untuk menanggalkan hal-hal yang harus ditinggalkan. Di sini disodorkan filosofi kaum pengungsi. Untuk menyelamatkan diri dalam bahaya, orang harus rela meninggalkan hal-hal yang tidak boleh dibawa. Di sini perlu digaris bawahi bahwa tidak boleh punya pengertian yang tegas berbeda dengan tidak perlu. Makin banyak barang yang mau dibawa, akan makin repot perjalanan dalam mengungsi. Orang perlu mengungsi bukan hanya karena perang, gempa bumi atau banjir. Ada kalanya manusia harus mengungsi dari suatu gaya hidup menuju kehidupan yang baru. Di sinipun filosi pengungsian harus diterapkan. Perjalanan menuju kehidupan yang baru ini jadi sulit kalau kita tidak mampu meninggalkan barang-barang yang seharusnya justru ditanggalkan. Salah satu hal yang harus ditinggalkan oang-orang yang mau keluar dari masalah adalah cara-hidup yang justru mengundang masalah, yaitu ketiga hal yang telah dijelaskan sebelumnya.
Setelah mengungsi dari kehidupan yang bermasalah, kesahajaan hidup baru harus diawali dengan kesahajaan konsep diri. Cara membentuk konsep diri yang bersahaja diuraikan dalam Bab V. Dalam bab ini dijelaskan bahwa untuk bisa menemukan makna, konsep hidup harus diarahkan untuk menjadi sesuatu dan bukan mendapatkan segala sesuatu. Menjadi sesuatu, selalu secara tidak langsung juga akan membuat yang bersangkutan mendapat sesuatu. Itu sebabnya menjadi sesuatu merupakan hal yang perlu diingat ketika orang berpikir tentang konsep dirinya. Juga harus diingat bahwa konsep diri, adalah sesuatu yang bisa dibentuk oleh diri sendiri. Manusia memiliki kehendak bebas untuk menentukan apa yang ingin ia perbuat dengan dirinya sendiri, termasuk untuk menentukan ia mau jadi apa.
Agar konsep diri dapat terbentuk dengan baik, perlu kembali diingat prinsip inti kesahajaan yaitu usaha menemukan makna melalui pengenalan hal-hal yang yang tidak mungkin dan terus mencoba (tanpa putus asa maupun berkeluh kesah) mencapai hal-hal yang mungkin diraih. Dalam kaitan ini penulis mengungkapkan tiga hal yang sering membuat orang gagal mencapai makna melalui pembentukan konsep diri. Kegagalan pertama disebabkan rendahnya motivasi memperbaiki diri, yang kedua kuatnya keinginan menjadi (seperti) orang lain, dan yang ketiga karena kuatnya keinginan untuk menjadi seperti tuntutan atau anjuran orang lain.
Setelah berhasil menetapkan tujuan melalui pembentuk konsep diri, orang perlu menyadari bahwa selain ada sisi kehidupan yang harus dilaluinya seorang diri, ada juga segi-segi kehidupan yang harus dijalankannya bersama orang lain. Karena itu dalam bab VI dan bab VII secara berturut turut di uraikan prinsip kesahajaan dalam kemandirian, dan kesahajaan dalam kebersamaan.
Dalam kemandirian, penulis menguraikan filosfi petani kelapa sawit yang tidak pernah bersikap pasif dalam menunggu panen. Dari waktu ke waktu, ada saja yang harus dikerjakan petani, agar panen memberikan hasil yang maksimal. Mulai dari membersihkan gulma di sekitar pohon, memberi pupuk sampai pada memotong daun-daun pohon agar tidak terlalu lebat. Intinya panen tidak boleh ditunggu sambil bermalas-malasan. Kalau kita menginginkan hidup yang bermakna, kita harus tiap saat bekerja untuk tujuan yang telah ditetapkan.
Keberhasilan hidup mandiri tidak selamanya diikuti dengan keberhasilan hidup bersama dengan orang lain. Karena itu penulis menganggap perlu menjabarkan konsep kesahajaan dalam kehidupan bersama orang lain. Prinsip dasarnya tetap sama yaitu usaha menemukan makna. Sehubungan dengan itu harus disadari kita bisa merasa bermakna kalau kita bermakna bukan untuk diri sendiri melainkan untuk orang lain. Di lain pihak dengan mengusahakan untuk bermakna bagi orang lain, kita juga terbuka pada kebutuhan orang lain untuk bermakna, antara lain bagi kita. Kesadaran seperti ini membuka peluang untuk menghargai kehidupan yang saling tergantung satu kepada lainnya. Setiap orang punya peran sendiri, dan hanya perlu menjalankan peran itu. Sebuah sekrup kecil tetap punya peran penting dalam sebuah mesin, karena kalau sekerup itu tidak ada, mesinnya tidak dapat berfungsi. Orang kota tidak perlu repot menanam padi supaya bisa memanen beras. Mereka bisa memberikan peran itu kepada petani di desa. Sebaliknya petani di desa memberikan peran lain kepada orang-orang di kota. Kerelaan untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar sebetulnya dapat sangat terbantu dengan menyadari bahwa sekecil apa pun peran yang dijalankan, peran itu tetap punya makna.
Selesai membahas perwujudan kesahajaan dalam kemandirian dan kebersamaan, buku ini dilanjutkan dengan pembahasan prinsip kesahajaan untuk mengatasi masalah. Disini penulis buku ini mencoba meramu dan kemudian menyederhanakan berbagai ‘pelajaran rumit” yang pernah disampaikan di dalam buku-buku lain. Pada dasarnya, ramuan itu tetap senada dengan prinsip utama kesahajaan, yaitu mencari makna melalui memilah dan memilih tujuan , setelah itu menanggalkan yang tidak penting dan lalu meninggalkannya.
BAB VIII buku ini membahasa kaitan kesahajaan dengan konsep kedewasaan. Di sini diuraikan bahwa kedewasaan tidak mungkin dicapai tanpa kebermaknaan. Menjadi dewasa juga bukan suatu perubahan yang terjadi tiba-tiba dalam sekejab mata. Menjadi dewasa merupakan sebuah perjalanan panjang yang tidak mungkin dilalui tanpa kegagalan. Seorang bayi pasti sering jatuh sebelum akhirnya bisa tegap berjalan. Yang penting adalah bagaimana menjaga agar kegagalan, tidak menyebabkan keputusan asaan lalu berhenti mencoba. Caranya adalah dengan sekali lagi memahami prinsip dasar kesahajaan yaitu komitment untuk terus mengusahakan yang hal-hal yang mungkin bisa dicapai, sambil tetap terbuka dalam menerima kenyataan yang tak mungkin diubah.
Bagian terakhir buku ini berbicara tentang kesempurnaan yang tidak sempurna. Bagian ini mengajak pembaca menerapkan konsep kesahajaan untuk mensukuri kemurahan sang Pencipta sambil menyadari bahwa ketidak sempurnaan bukan hambatan untuk hidup bahagia. Kita tetap mampu merasakan kebahagiaan walaupun berada dalam keadaan tidak sempurna (belum mendapatkan semua yang kita inginkan). Yang penting kita tetap komit dan bersiplin untuk berada dalam proses untuk menjadi. Karena komitmen untuk menjadi sesuatu yang memang kita inginkan akan membuat kita merasa bermakna, bahkan ketika tujuan itu belum tercapai. Seperti anak kecil yang menikmati keasyikan belajar, meskipun ia masih harus terus belajar lagi.

Tidak ada komentar:

Arsip Blog

GAGASAN terSESAT

Memang ada pepatah yang mengatakan: “Malu bertanya, sesat dijalan”, tapi maaf, pepatah itu tidak laku di saat seseorang merintis jalan ke dunia baru yang belum pernah dikenal orang lain. Dalam perjalanan ke sana, tidak ada orang lain tempat bertanya. Karena itu seperti Hamlet, para petualang hanya bisa bertanya pada diri sendiri: “to be, or not to be”. Kumpulan naskah di sini diberi judul GAGASAN terSESAT, gagasan yang keluar dari jalur-jalur kelaziman. Saya percaya bahwa orang hanya mungkin tersesat kalau ia berani bertualang. Selama tetap di jalan umum (yang dilalui semua orang), kita aman. Ruginya, kita juga tidak akan sampai ke dunia yang baru.

Cinta Seks dan Dosa
Manusia itu makhluk multi dimensi. Terikat pada dimensi biologis, ia butuh makan, gerak dan Seks. Sebagai mahluk sosial, ia butuh perhatian, pujian berupa cinta. Lalu (atau barangkali tetapi) sebagai mahluk spiritual, ia butuh ketentraman dan kejaran dosa. Naskah di kapling ini antara lain adalah [1] Aneka Penyelewengan [2] Tips untuk memilih istri ke dua [3] Seks Psikologis Vs Seks Biologis [4]Dosa [5] Cinta, perasaan atau energi?

Ini, bukan Itu.
Naskah di kapling ini bertujuan menunjukkan perbedaan (dari) istilah-istilah yang sering di samaratakan (padahal jelas berbeda) seperti misalnya [1] Iman dan Agama [2] Gengsi dan Harga Diri [3] Konflik, permusuhan dan beda pendapat [4] Kewajar dan Keadilan

Gizi Psikologis Buat Anak

Perkembangan anak tidak saja membutuhkan makanan untuk kebugaran badannya, melainkan juga gizi psikologis untuk kesehatan jiwanya. Untuk itu sejumlah hal perlu mendapat perhatian [1 Anak itu unik [2] Menyikapi kebohongan anak [3] Membekali anak dengan keterampilan hidup [4]Moral di balik cerita wayang [5] Kritik, santapan rohani bergizi tinggi

Keranjang Daur Ulang
Ada sejumlah naskah yang tekah saya tuliskan lebih dari 20 tahun yang lalu. Ketika berberapa orang mebacanya di tahun 2008, mereka mengira naskah itu barus selesai kemarin. Anda mungkin tergoda membaca judul-judl ini [1] Empat cara menabung waktu [2] Jail [3] Kenalkan: “Amitri” [4] S edekah [5] Selusin Jurus Bijak dalam Menolong

Perempuan Gagah Jelita
Issu kesetaraan gender adalah topik kontroversial yang kadang kadang memberi inspirasi untuk menulis. Terganggu oleh adanya tiga jenis kelamin yang terulis di pintu toilet (laki / perempuan/ guru atau male / female/ executive) , saya teregilitik menulis topik-topik berikut. [1] Kartono, Sosok Kartini Abad Ini [2] Emansipasi dan Pembagian Peran [3] A-K-U Wanita [4] Menjadi Perempuan (bukan Pria, bukan Wanita) [5] Nilsa, dari sabang sampai Merauke [6] Realita Pernikahan

Kreatif Tanpa Nyentrik
Banyak mahasiswa isntitut kesenian yang berdandan dengan cara nyentrik. Pakai anting sebelah, rambut gondrong atau baju separuh dekil. Mereka kira, dengan nyentrik mereka langsung kreatif. . . . Padahal, hakikat kreatifitas jauh dari sekedar berbeda. [1] Kreatologi, jurus-jurus perangsang kreativitas [2] Kreativitas bukan segala-galanya [3] Kreativitas, perlukah? [4] Agar Anak Tak Mirip Robot


Sekedar Bertanya
Silence is Golden (tapi jangan diam waktu ujian lisan). Talking is Silver (jangan berisik waktu yang lain berdoa). Jangan diam dan jangan bicara. Jadi?.... Bertanyalah. Bertanya tanpa berisik. Bertanya pada diri sendiri [1] Dari mana datangnya keinginan? [2] Renungan Logika [3] Nasionalisme, spirit, sifat atau sekedar mode [2] Masyarakat Madani, . . . . Mungkinkah?

Tertawalah, mumpung gratis
Lelucon, Anekdot maupunKisah Penyegar yang ada di kapling ini, umurnya sangat pendek. Kalau ada lelucon baru yang lama langsung di hapus. Jadi kalau tidak anda baca hari ini, besok dia sudah berubah jadi cerita lain. Karena itu kalau mau tertawa, tertawalah hari ini, besok boleh jadi sudah terlambat-

Entri Populer